Langsung ke konten utama

Rupiah Masih Terkapar: Halo Indonesia, Apa Kabar?

 


Presiden Prabowo Subianto tampaknya belum menunjukkan pergerakan besar untuk memperkuat rupiah. Ini terjadi karena, masih banyaknya kebijakan pemerintah yang belum fokus dan tidak menunjukkan skala prioritas.

Oleh: Wawan Kuswandi
Pemerhati Komunikasi Massa


Kalau boleh saya berkata jujur, saat ini Indonesia dalam keadaan kurang baik. Kenapa? Salah satu indikatornya adalah nilai tukar rupiah ke dolar AS masih berkisar Rp16.862,90 (https://www.bi.go.id/).

Rupiah tampaknya tidak berdaya menghadapi pukulan mata uang negeri Paman Sam. Melemahnya nilai tukar rupiah ini, tentu akan berdampak signifikan bagi pasar keuangan nasional, aspek ekonomi lokal serta berpotensi membuat situasi politik nasional sedikit terguncang.

Grafik melemahnya nilai tukar rupiah berlangsung cukup lama, sekitar tiga minggu terakhir ini. Hal ini terjadi karena sejumlah faktor internal dalam negeri dan pengaruh ekonomi eksternal (internasional).

Melemahnya nilai tukar rupiah, pasti berdampak langsung pada sektor impor dalam negeri yaitu biaya bahan baku dan barang konsumsi yang diimpor akan menyebabkan kenaikan harga produk di pasar lokal.

Kenaikan harga impor ini memungkinkan terjadinya inflasi yang akan menurunkan daya beli masyarakat.

Selain itu, utang Luar negeri Indonesia juga akan membengkak. Sejumlah perusahaan swasta maupun nasional yang memiliki utang dalam dolar AS akan menghadapi beban pembayaran sangat berat, karena harus menukar lebih banyak rupiah untuk mendapatkan dolar.

Dari faktor eksternal, kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve (Fed), tentu akan semakin menguatkan dolar AS. Krisis Ekonomi Global juga menjadi salah satu pemicunya, seperti persaingan dan perang dagang antara China dan AS, serta krisis politik berkepanjangan, seperti perang di kawasan Gaza antara Israel dan Palestina.

Presiden Prabowo Subianto, menurut saya, tampaknya belum menunjukkan pergerakan besar untuk memperkuat rupiah. Ini terjadi karena, kebijakan pemerintah yang belum fokus dan tidak menunjukkan skala prioritas.

Ditambah lagi dengan banyaknya kasus penyelesaian hukum terhadap para koruptor besar yang tidak memberikan rasa keadilan bagi masyarakat.

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah wajib menjaga pertumbuhan ekonomi yang stabil, sekaligus mampu mencapai target yang telah ditetapkan yaitu 8 persen. Selain itu penegakan hukum yang berkeadilan bagi masyarakat juga harus benar-benar diwujudkan, bukan hanya sekadar jargon.

Pemerintah, dalam hal ini Menteri Keuangan bersama Bank Indonesia, dan sektor swasta harus lebih meningkatkan kerja sama dalam menjaga stabilitas ekonomi dan melindungi kepentingan ekonomi lokal. Caranya dengan membuat kesepakatan-kesepakatan dan kebijakan baru, terkait untuk menjaga sektor ekonomi dalam negeri. Salah satunya dengan memperkuat dan memperluas dukungan terhadap UMKM.

Jakarta, Sabtu 12 April 2025
Pukul 13.09 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hahaha....Cuma di Indonesia Koruptor Dimanjakan

  Rakyat percaya koruptor berhasil ditangkap. Tapi, rakyat tidak percaya pada hukuman yang akan diterima koruptor. Rata-rata koruptor kelas kakap divonis hukuman sangat ringan. Ini jelas menodai rasa keadilan rakyat. Kasus korupsi terus merajalela di bumi pertiwi. Rakyat semakin gondok dan kecewa dengan keuangan negara yang mudah digerogoti para koruptor. Hebatnya lagi, para koruptor ini sebagian besar adalah oknum pejabat negara dan menteri yang secara ekonomi sudah lebih jauh dari cukup alias super mapan. Korupsi terjadi bukan karena ada kesempatan, tetapi lebih disebabkan oleh faktor rakus, serakah dan bermoral bejad. Lebih parah lagi, ada sebagian oknum koruptor yang diklaim sebagai tokoh agama yang paham betul tentang hukum-hukum Tuhan, juga melakukan korupsi. Saat ini, di Indonesia berlaku jargon ‘ Yang miskin makin miskin kalau tidak punya jabatan, yang kaya makin kaya bila punya jabatan ’, di lingkaran kekuasaan. Indonesia menjadi salah satu sasaran empuk bagi penjahat-penj...

Fenomena Aksi Cabul Negeri Beradab...

  Kasus sejumlah dokter yang mencabuli pasiennya saat melakukan praktik merupakan fenomena baru yang cukup menakutkan kaum perempuan, terutama bagi perempuan yang sedang hamil atau yang sedang mengalami gangguan kesehatan. Oleh: Wawan Kuswandi Pemerhati Komunikasi Massa Selama ini, Indonesia dikenal sebagai negeri yang beradab, masyarakatnya ramah-tamah, sopan santun, serta beretika/berbudaya luhur hasil warisan dari nenek moyang bangsa. Namun, sekarang negara ini semakin terjerembab dalam lingkaran nafsu syahwat dan aksi cabul yang tidak lagi mengenal rasa malu. Jauh sebelum aksi cabul dilakukan para dokter, sudah banyak kasus pencabulan terjadi, mulai dari puluhan santriwati yang dicabuli hingga hamil oleh oknum pengajar pesantren, dukun cabul yang selalu ada dari zaman ke zaman, guru cabul, pejabat cabul, oknum polisi cabul dan banyak lagi cabul-cabul lainya yang mungkin saja tidak tersentuh media dan hukum. Bahkan, ada kasus pencabulan menghilang tanpa jejak, setelah ada kesep...