Langsung ke konten utama

Fenomena Aksi Cabul Negeri Beradab...

 

Kasus sejumlah dokter yang mencabuli pasiennya saat melakukan praktik merupakan fenomena baru yang cukup menakutkan kaum perempuan, terutama bagi perempuan yang sedang hamil atau yang sedang mengalami gangguan kesehatan.

Oleh: Wawan Kuswandi
Pemerhati Komunikasi Massa

Selama ini, Indonesia dikenal sebagai negeri yang beradab, masyarakatnya ramah-tamah, sopan santun, serta beretika/berbudaya luhur hasil warisan dari nenek moyang bangsa. Namun, sekarang negara ini semakin terjerembab dalam lingkaran nafsu syahwat dan aksi cabul yang tidak lagi mengenal rasa malu.

Jauh sebelum aksi cabul dilakukan para dokter, sudah banyak kasus pencabulan terjadi, mulai dari puluhan santriwati yang dicabuli hingga hamil oleh oknum pengajar pesantren, dukun cabul yang selalu ada dari zaman ke zaman, guru cabul, pejabat cabul, oknum polisi cabul dan banyak lagi cabul-cabul lainya yang mungkin saja tidak tersentuh media dan hukum. Bahkan, ada kasus pencabulan menghilang tanpa jejak, setelah ada kesepakatan damai antara si korban dan si pelaku. Sungguh miris…

Melihat fenomena cabul yang dilakukan kalangan profesional dan sejumlah oknum elit di negeri ini, saya jadi bertanya, ada apa dengan Indonesia?

Seperti diketahui, perbaikan kurikulum sistem pendidikan, khususnya yang terkait dengan pelajaran etika dan moral siswa terus dievaluasi dan ditingkatkan setiap tahun, tapi kenapa perilaku cabul, malah semakin meningkat?

Dari segi hukum pidana, Indonesia termasuk salah satu negara yang menerapkan hukum pidana sangat berat terhadap pelaku penjahat kelamin, termasuk pencabulan.

Dari segi agama, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penganut muslim terbesar di dunia. Ajaran agama Islam sudah begitu sangat mulia. Namun, lagi-lagi kenapa pencabulan tetap terjadi, bahkan dilakukan oleh oknum-oknum yang diklaim memahami nilai-nilai agama dengan baik.

Aksi pencabulan juga dilakukan oleh oknum polisi, pejabat, guru dan kalangan profesional, baik secara perorangan maupun berjamaah. Sungguh mengerikan…

Walaupun sanksi hukum sudah sangat berat dan ketat, ajaran agama sudah begitu sangat mulia, tapi kalau karakter dasar manusianya memang sudah bejad, biadad dan tidak bermoral, maka pencabulan akan tetap terus terjadi sampai dunia kiamat.

Hanya satu solusinya, siapapun, dimanapun dan kapanpun, saya dan Anda harus ekstra waspada dan berani melakukan perlawanan, bila menghadapi aksi pencabulan. Itu saja titik.

Sabtu, 26 April 2025
Pukul 16.20 WIB


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hahaha....Cuma di Indonesia Koruptor Dimanjakan

  Rakyat percaya koruptor berhasil ditangkap. Tapi, rakyat tidak percaya pada hukuman yang akan diterima koruptor. Rata-rata koruptor kelas kakap divonis hukuman sangat ringan. Ini jelas menodai rasa keadilan rakyat. Kasus korupsi terus merajalela di bumi pertiwi. Rakyat semakin gondok dan kecewa dengan keuangan negara yang mudah digerogoti para koruptor. Hebatnya lagi, para koruptor ini sebagian besar adalah oknum pejabat negara dan menteri yang secara ekonomi sudah lebih jauh dari cukup alias super mapan. Korupsi terjadi bukan karena ada kesempatan, tetapi lebih disebabkan oleh faktor rakus, serakah dan bermoral bejad. Lebih parah lagi, ada sebagian oknum koruptor yang diklaim sebagai tokoh agama yang paham betul tentang hukum-hukum Tuhan, juga melakukan korupsi. Saat ini, di Indonesia berlaku jargon ‘ Yang miskin makin miskin kalau tidak punya jabatan, yang kaya makin kaya bila punya jabatan ’, di lingkaran kekuasaan. Indonesia menjadi salah satu sasaran empuk bagi penjahat-penj...

Rupiah Masih Terkapar: Halo Indonesia, Apa Kabar?

  Presiden Prabowo Subianto tampaknya belum menunjukkan pergerakan besar untuk memperkuat rupiah. Ini terjadi karena, masih banyaknya kebijakan pemerintah yang belum fokus dan tidak menunjukkan skala prioritas. Oleh: Wawan Kuswandi Pemerhati Komunikasi Massa Kalau boleh saya berkata jujur, saat ini Indonesia dalam keadaan kurang baik. Kenapa? Salah satu indikatornya adalah nilai tukar rupiah ke dolar AS masih berkisar Rp16.862,90 ( https://www.bi.go.id/ ). Rupiah tampaknya tidak berdaya menghadapi pukulan mata uang negeri Paman Sam. Melemahnya nilai tukar rupiah ini, tentu akan berdampak signifikan bagi pasar keuangan nasional, aspek ekonomi lokal serta berpotensi membuat situasi politik nasional sedikit terguncang. Grafik melemahnya nilai tukar rupiah berlangsung cukup lama, sekitar tiga minggu terakhir ini. Hal ini terjadi karena sejumlah faktor internal dalam negeri dan pengaruh ekonomi eksternal (internasional). Melemahnya nilai tukar rupiah, pasti berdampak langsung pada sekto...